Ketika Kaum Bumi Datar Mengamati Langit

| oleh: Marcellinus Orlanda* dan Kaḳ Suata

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kaum bumi datar itu mengalami semacam “alergi” untuk mengamati langit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, mereka tidak mau menggunakan teleskop, enggan berkunjung ke observatorium, menolak untuk mendatangi planetarium, dan sebagainya. Mereka seolah takut fakta-fakta yg akan mereka saksikan bisa menggoyahkan “iman” mereka pada keyakinan bumi datar. Namun setelah mendapat tantangan bertubi-tubi dari kaum bumi bulat (para pecinta sains yg melawan kaum bumi datar), akhirnya kaum bumi datar pun mencoba mengamati langit.

Mohon pembaca jangan tertawa dulu ya. Kaum bumi datar mengamati langit tidak dengan teleskop, alat yg umum digunakan untuk melihat langit, melainkan dengan… kamera! Walaupun tidak lazim mengamati langit menggunakan kamera (kamera saja, bukan teleskop dilengkapi kamera), namun usaha mereka untuk mau mengamati langit perlu kita apresiasi. Artinya, kaum bumi datar sudah mulai belajar melihat alam secara langsung dan mulai mengenal teknologi modern, alih-alih hanya menonton video “bukti” bumi datar di Youtube. Sebuah lompatan intelektual yg harus kita hargai bersama.

Kamera yg mereka gunakan adalah Nikon CoolPix P900. Mereka sedemikian bangga dengan kamera yg mungkin diperoleh dengan susah payah tersebut. Kamera itu bahkan disanjung-sanjung sedemikian tinggi hanya karena angka zoom-nya yang besar. Mungkin mereka beranggapan angka zoom yg besar bisa digunakan untuk melihat benda-benda langit yg jauhnya ribuan hingga milyaran kilometer itu. Sungguh pemahaman yg naif. Tapi tidak apa-apa, ini sebuah langkah awal bagi kaum bumi datar. Barangkali setelah mereka paham keterbatasan kamera, mereka akan mulai menggunakan alat yg benar yaitu teleskop. Mari kita doakan.

Kekurangan P900 Untuk Astrofotografi

Namun bagaimana pun, untuk memotret angkasa luar dan benda-benda langit atau istilahnya astrofotografi, zoom yg besar tidak berpengaruh apa-apa jika faktor-faktor lainnya tidak mendukung. Walaupun Nikon P900 tergolong cukup canggih untuk kepentingan fotografi, namun masih tergolong inferior untuk astrofotografi dan pengamatan astronomi. Ada beberapa alasan mengapa demikian, antara lain:

1. Sensor P900 sangat kecil. Sensor yg kecil ini membuat kemampuannya dalam menangkap cahaya sangat terbatas. Apalagi untuk melihat langit yg gelap di malam hari yg gelap.

2. Dengan sensor yg kecil, kemampuan ISO kamera juga sangat terbatas. ISO maksimal P900 adalah 6.400 native, sedangkan kamera Nikon D7200, yg memiliki sensor yg jauh lebih besar, mampu mencapai 102.400.

3. Karena ukuran sensor yg kecil dan ISO yg terbatas maka kualitas gambar hasil tangkapan P900 pada ISO tinggi akan sangat buruk jika dibandingkan dengan D7200. Apalagi jika dibandingkan dengan kamera lain yg memiliki sensor berukuran full frame.

4. Diameter lensa sangat menentukan kemampuan kamera mengumpulkan cahaya (light gathering ability). Diameter lensa P900 hanya sekitar 60 mm, sedangkan diameter lensa teleskop 2 kali lebih besar dari, atau bahkan lebih. Dengan rumus luas lingkaran, luas permukaan berbanding lurus dengan kuadrat jari-jarinya. Artinya, lensa dengan diameter 2 kali lebih panjang mempunyai luas yg 4 kali lebih besar. Semakin luas ukuran lensa, semakin baik kemampuannya mengumpulkan cahaya.

5. Dengan diameter lensa yg sedemikian kecil, kamera P900 tidak akan mampu untuk menangkap cahaya-cahaya redup dari bintang-bintang yg jauh apalagi benda-benda langit seperti kumpulan bintang, nebula, galaksi, dan sebagainya yg disebut deep space object (DSO).

6. P900 adalah kamera untuk orang awam. Pengaturan manualnya sangat terbatas, pengaturan fokusnya menyusahkan, bahkan pengaturan cahaya (exposure) secara manual tidak bisa dilakukan sebab telah terkunci, tidak bisa diubah lagi.

7. Berkas gambar P900 hanya tersedia dalam bentuk JPEG. Padahal JPEG adalah format berkas gambar yg terkompresi dengan pengurangan data (lossy compression) agar diperoleh berkas gambar yg berukuran kecil. Akibatnya, banyak data yg hilang pada gambar yg disimpan dalam bentuk JPEG.

Sebagai perbandingan, kamera D7200 mampu menyimpan berkas gambar dalam bentuk RAW 14 bit lossless yaitu format asli tanpa pengurangan data. Sebuah berkas gambar dalam bentuk RAW dari D7200 berisi lebih dari 25 MB data. Artinya, kamera D7200 bisa merekam gambar dalam kualitas yg jauh lebih baik daripada kamera P900.

8. P900 hanya bisa dipasang alat tripod standar untuk fotografi biasa. P900 tidak bisa dipasang alat bantu (mounting) untuk perangkat pengamatan langit. Contohnya perangkat equatorial di teleskop sangat cocok untuk pengamatan astronomi karena menggunakan prinsip kerja yg memperhitungkan rotasi Bumi.

Perangkat equatorial jika dilengkapi dengan motor otomatis akan membuat teleskop berputar sendiri menyesuaikan dengan gerak rotasi Bumi. Benda langit yg diamati akan tampak statis atau diam dalam tangkapan teleskop. Hal ini memungkinkan teknik pemotretan long exposure (pencahayaan dalam waktu lama) untuk mengambil gambar benda-benda langit yg sulit ditangkap dengan cara biasa. Misalnya untuk memotret deep space object.

Dari beberapa alasan di atas, sangat jelas bahwa P900 tidak cocok untuk astrofotografi dan pengamatan astronomi karena banyaknya batasan yg dimiliki kamera tersebut. Ditambah lagi jika penggunanya tidak memahami dasar-dasar fotografi yg baik dan benar. Misalnya cara pengaturan fokus dan pencahayaan, jika tidak tepat akan diperoleh hasil gambar yg buruk.

Dampak Mengamati Tanpa Ilmu

Gambar-gambar planet dan benda langit yg ada di buku-buku atau di situs-situs sains di internet, sebagian besar adalah hasil tangkapan dari observatorium dengan teleskop sebesar gedung atau dari satelit teleskop Hubble. Kualitas gambar yg diambil dari teleskop-teleskop raksasa itu tentu kualitasnya sangat baik sekali. Teleskop amatir yg mahal pun tidak akan mampu menghasilkan gambar sebaik dari teleskop observatorium atau Hubble. Kaum bumi datar berharap hasil pengamatan mereka akan sebagus yg di buku atau internet.

mars_3
Hasil pengamatan planet Mars dengan perangkat yg berbeda.

Dengan hasil pengamatan yg buruk, kaum bumi datar menjadi semakin yakin bahwa benda-benda langit tidak sesuai dengan yg umum ditampilkan di buku-buku atau di internet. Lalu mereka menuduh gambar-gambar benda langit yg ada selama ini hanya rekayasa komputer atau CGI (computer generated image) buatan agen-agen elit global dengan tertuduh utama adalah NASA (badan antariksa Amerika Serikat). Teori konspirasi pun kembali mereka jadikan alasan bahwa bentuk Bumi yg benar selama ini adalah datar, bukan bulat. Hasil pengamatan mereka yg buruk menjadi buktinya.

Tentu saja semua tuduhan itu salah dan bohong belaka. Masalahnya ada di kaum bumi datar sendiri, bukan di pihak lain atau alatnya. Kesalahan pertama (dan utama) kaum bumi datar adalah mereka tidak mau belajar ilmu yg benar. Jika mereka mau belajar maka mereka akan tahu bahwa kamera bukanlah alat yg tepat untuk mengamati langit, apalagi kamera sekelas P900. Kesalahan kedua mereka adalah sifat buruk sangka yg sangat parah. Bahkan saya tidak yakin jika seandainya mereka memilih menggunakan teleskop, mereka akan mengakui keberadaan planet dan tata surya. Saya yakin mereka akan tetap pada keyakinan mereka yg salah yaitu planet-planet itu tidak ada, Matahari itu dekat, dan Bumi itu datar.

Inilah akibatnya jika orang-orang yg tidak paham ilmu, tidak paham cara melakukan eksperimen ilmiah, tidak paham perangkat untuk eksperimen, namun memaksakan diri melakukan percobaan atau pengamatan ilmiah. Dan karena kebodohan dan keangkuhannya, ketika hasil yg diperoleh tidak sesuai dengan harapan, mereka pun menyalahkan ilmu yg benar. Begitulah perilaku kaum bumi datar yg bodoh dan sombong.

Salam akal sehat! 😊

_____
* Marcellinus Orlanda adalah penulis tamu di blog ini.